TUGAS KEWIRAUSAHAAN
“ KEPEMIMPINAN “
Di
Susun oleh Kelompok 6 :
1. Erni
(2012-12-019)
2. Nor
Lutfia Ikhda (2012-12-032)
3. Renny
Hardiana (2012-12-048)
4. Sri
Putri Dwi P. (2012-12-049)
5. Khoirin
Nida (2012-12-053)
6. Eni
Shofiana (2012-12-054)
PROGRAM STUDI
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
MURIA KUDUS
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta
karuniaNya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas dari Bapak Dennyca
HN, SE, M.Si ini yang berjudul “KEPEMIMPINAN” tepat pada waktunya.
Harapan
kami,semoga tugas ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam proses pembelajaran keterampilan wajib.
Kami
menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan tugas
ini.
Akhir
kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam
penyusunan tugas ini. Semoga Tuhan senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
Kudus, Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ................................................................................. i
KATA
PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR
ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar
Belakang Masalah ........................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan
Penulisan .................................................................... 2
BAB II KERANGKA BERFIKIR ......................................................... 3
BAB III IMPLEMENTASI MASYARAKAT ...................................... 5
3.1 Pengertian
Kepemimpinan ..................................................... 5
3.2 Teori
Kepemimpinan .............................................................. 7
3.3 Tipe
Kepemimpinan ............................................................... 10
3.4 Fungsi
Kepemimpinan ........................................................... 13
3.5 Masalah-Masalah
dalam Kepemimpinan .............................. 14
3.6 Bagaimana
Menjadi Pemimpin yang baik .............................. 18
BAB IV PENUTUP .................................................................................. 20
4.1 Kesimpulan
............................................................................ 20
4.2 Saran
...................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kepemimpinan
merupakan tema yang populer, yang tidak saja dibicarakan dan diteliti oleh para
sarjana ilmu-ilmu sosial, ilmu perilaku, tapi yang dibicarakan pula oleh
masyarakat pada umumnya. Meskipun telah banyak teori kepemimpinan yang
dikembangkan, belum ada satu teori pun yang dirasakan paling sempurna.
Stogdill (1974)
menyatakan bahwa jumlah macam batasan tentang kepemimpinan dapat dikatakan sama
dengan jumlah orang yang telah mencoba membuat batasan tentang pengertian
tersebut. Kepemimpinan merupakan sesuatu yang penting bagi manajer. Para
manajer merupakan pemimpin (dalam organisasi mereka), sebaliknya pemimpin tidak
perlu menjadi manajer. Kepemimpinan lebih berhubungan dengan efektivitas,
sadangkan manajemeni lebih berhubungan dengan efisiensi.
Dalam
kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia yaitu hubungan mempengaruhi (dari
pemimpin), dan hubungan kepatuhan-kepatuhan para pengikut/ bawahan karena
dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan
dari pemimpinya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan kepada pemimpin.
Pemimpin ada dua yaitu pemimpin formal, yaitu orang yang oleh organisasi
ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk
memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi dengan segala hak dan
kewajiban yang berkaitan denganya untuk mencapai sasaran organisasi. Pemimpin
informal, yaitu orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai
pemimpin; namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan
sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu
kelompok atau masyarakat.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
kepemimpinan?
2.
Apa saja teori
kepemimpinan?
3.
Apa saja tipe
kepemimpinan?
4.
Apa fungsi
kepemimpinan dalam organisasi?
5.
Bagaimana
masalah-masalah yang dalam kepemimpinan?
6.
Bagaimana menjadi
pemimpin yang baik?
1.3
Tujuan
1.
Dapat mengetahui
dan memahami pengertian kepemimpinan.
2.
Dapat mengetahui
dan memahami teori kepemimpinan.
3.
Dapat mengetahui
dan memahami tipe kepemimpinan.
4.
Dapat mengetahui
dan memahami fungsi kepemimpinan.
5.
Dapat mengetahui
dan memahami masalah-masalah yang dalam kepemimpinan.
6.
Dapat mengetahui
dan memahami pemimpin yang baik.
BAB II
LANDASAN TEORI
Salah
seorang ahli menyimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang
paling mudah di observasi tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit dipahami. (Richard L. Daft,1999) Mendefinisikan
kepemimpinan merupakan suatu masalah yang kompleks dan sulit, karena sifat
dasar kepemimpinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi,
perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman
tentang kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif.
Banyaknya
konsep definisi kepemimpinan yang berbeda hampir sebanyak jumlah orang yang
telah berusaha untuk mendefinisikannya. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan
yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang
menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C. Rost.,1993). Unsur kunci
dari definisi ini dijelaskan bahwa kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh
yang mendalam, yang terjadi di antara orang-orang yang menginginkan perubahan
signifikan dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama
oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan). Pengaruh (influence) dalam hal ini
berarti hubungan di antara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu yang
pasif, tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan
demikian kepemimpinan itu sendiri merupakan proses yang saling mempengaruhi.
Sementara
menurut Knickerbocker (1948): “kepemimpinan adalah fungsi dari kebutuhan yang muncul pada situasi tertentu dan
terdiri atas hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Selain
itu banyak juga pendapat dari para tokoh mengenai
arti dari kepemimpinan ini, yaitu:
1.
Kepemimpinan adalah
pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta
diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa
tujuan tertentu. (Tannenbaum, Weschler, & Massarik, 1961: 24)
2.
Kepemimpinan adalah
pembentukkan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi
(Stogdill, 1974: 411).
3.
Kepemimpinan adalah
peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan
mekanis terhadap pengarahan rutin organisasi ( Katz & Kahn, 1978: 528).
Dari
beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, kami menyimpilkan
bahwa kepemimpinan
adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada
hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok.
BAB III
IMPLEMENTASI MASYARAKAT
3.1
Pengertian Kepemimpinan
Definisi
tentang kepemimpinan bervariasi sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan
konsep kepemimpinan. Definisi kepemimpinan secara luas adalah meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para
pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran,
memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja
sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan
dipahami dalam dua pengertian yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan
mempengaruhi orang. Kepemimpina hanyalah sebuah alat, sarana atau proses untuk
membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara suka rela/ suka cita.
Kepemimpinan
adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada
hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang
terkandung dalam hal ini yaitu: (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik
itu bawahan maupun pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian
kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, (3) adanya
kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan yang berbeda-beda untuk
mempengaruhi tingkah laku pengikutnya dengan berbagai cara.
Pemimpin
berarti orang yang melaksanakan kepemimpinan tersebut. Untuk lebih jelasnya
turut kami sajikan defenisi pemimpin dari beberapa ahli:
a.
Menurut Drs.
H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya
dalam mencapai tujuan.
b.
Menurut Robert
Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua
bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
c.
Menurut Lao
Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang
lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
d.
Menurut Davis and Filley, Pemimpin
adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang
melakukan suatu pekerjaan memimpin.
e.
Sedangkan menurut Pancasila, Pemimpin harus
bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya.
Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
-
Ing Ngarsa Sung
Tuladha: Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya
pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
-
Ing Madya
Mangun Karsa: Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan
berkreasi pada orang–orang yang dibimbingnya.
-
Tut Wuri
Handayani: Pemimpin harus mampu mendorong orang–orang yang diasuhnya berani
berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Dari berbagai
pengertian di atas dapat saya simpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi, mengarahkan, atau memberi contoh kepada pengikutnya untuk
mencapai tujuan organisasi yang diharapkan.
3.2
Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji
sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara
efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang teori kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mengerti
tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan
sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain:
1.
Teori Kepemimpinan Sifat
Teori yang berusaha untuk mengidentifikasikan karakteristik khas (fisik,
mental, kepribadian) yang dikaitkan dengan keberhasilan kepemimpinan. Teori ini
menekankan pada atribut-atribut pribadi dari para pemimpin. Teori ini
menyatakan bahwa keberhasilan manajerial disebabkan karena memiliki
kemampuan-kemampuan luar biasa dari seorang pemimpin.
·
Intelegensia. Ralph Stogdill menemukan bahwa
para pemimpin lebih pintar dari pengikut-pengikutnya.
·
Kepribadian. Beberapa hasil penelitian
menyiratkan bahwa sifat kepribadian seperti kesiagaan, keaslian, integritas
pribadi, dan percaya diri diasosiasikan dengan kepemimpinan yang efektif.
·
Karakteristik Fisik. Studi mengenai hubungan antara
kepemimpinan yang efektif dan karakteristik fisik seperti usia, tinggi badan,
berat badan, dan penampilan memberikan hasil-hasil yang bertolak belakang.
2.
Teori Kepribadian Perilaku
Di akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi pemikiran bahwa
bagaimana perilaku seseorang dapat menentukan keefektifan kepemimpinan
seseorang. Dan mereka menemukan sifat-sifat, mereka meneliti pengaruhnya pada
prestasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya.
·
Pemimpin yang job-centered
Pemimpin yang berorientasi pada tugas menerapkan pengawasan ketat sehingga
bawahan melakukan tugasnya dengan menggunakan prosedur yang telah ditentukan.
·
Pemimpin yang berpusat pada
bawahan
Mendelegasikan pengambilan keputusan pada bawahan dan membantu pengikutnya
dalam memuaskan kebutuhannya dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang
suportif.
·
Membentuk struktur
Melibatkan perilaku dimana pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan
hubungan-hubungan di dalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran
komunikasi yang jelas, dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar.
·
Konsiderasi
Melibatkan perilaku yang menunjukan persahabatan, saling percaya,
menghargai, kehangatan, dan komunikasi antara pemimpin dan pengikutnya.
3.
Teori Kepemimpinan Situasional
Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin
memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan
suatu gaya kepemimpinan tertentu.
·
Model kepemimpinan kontingensi
Model ini dikembangkan oleh Fiedler, model kontingensi dari efektivitas
kepemimpinan memiliki dalil bahwa prestasi kelompok tergantung pada interaksi
antara gaya kepemimpinan dan situasi yang mendukung.
·
Model partisipasi pemimpin oleh
Vroom dan Yetton
Suatu teori kepemimpinan yang memberikan seperangkat aturan untuk
menentukan ragam dan banyaknya pengambilan keputusan partisipatif dalam
situasi-situasi yang berlainan.
Dalam teori
kepemimpinan, Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya. Di antara berbagai teori mengenai lahirnya pemimpin, paling tidak,
ada tiga di antaranya yang menonjol yaitu sebagai berikut:
1.
Teori Genetis
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan “leaders are born and not
made“. bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin ia telah
dilahirkan dengan bakat pemimpin. Dalam keadaan bagaimana pun seorang
ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan
untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
2.
Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born and not made”, make
penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : “Leaders are made and
not born“. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan
dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
3.
Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori
sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat
menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki
bakat-bakat kepemimpinan, bakat itu kemudian dikembangkan melalui pendidikan
yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan
lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan
teori sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori
kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih
diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
3.3
Tipe Kepemimpinan
Tipe
kepemimpinan dapat disebut dengan model (gaya) kepemimpinan seseorang. Tipe
kepemimpinan yang secara luas dikenal adalah sebagai berikut.
1.
Tipe Otoriter
Disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini,
pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya
memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari
pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang-undang. Bawahan hanya bersifat
sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah
dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia
kepada pemimpin secara mutlak.
Kelebihan:
a.
Keputusan dapat diambil secara
cepat
b.
Mudah dilakukan pengawasan
Kelemahan:
a.
Pemimpin yang otoriter tidak
menghendaki rapat atau musyawarah.
b.
Setiap perbedaan diantara anggota
kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran
disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan.
c.
Inisiatif dan daya pikir anggota
sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan
pendapatnya.
d.
Pengawasan bagi pemimpin yang
otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah
diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
e.
Mereka melaksanakan inspeksi,
mencari kesalahan dan meneliti orang-orang yang dianggap tidak taat kepada
pemimpin, kemudian orang-orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb.
Sebaliknya, orang-orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya,
dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan.
f.
Kekuasaan berlebih ini dapat
menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan
perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung.
g.
Dominasi yang berlebihan mudah
menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis.
2.
Tipe Laissez-faire (Bahasa Perancis: “biarkan mereka sendiri”)
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan
kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin akan
menggunakan sedikit kekuasaannya untuk melakukan tugas mereka. Dengan demikian
sebagian besar keputusan diambil oleh anak buahnya. Pemimpin semacam ini sangat
tergantung pada bawahannya dalam membuat tujuan itu. Mereka menganggap peran
mereka sebagai ‘pembantu’ usaha anak buahnya dengan cara memberikan informasi
dan menciptakan lingkungan yang baik.
Kelebihan:
a.
Keputusan berdasarkan keputusan
anggota
b.
Tidak ada dominasi dari pemimpin
Kekurangan:
a.
Pemimpin sama sekali tidak
memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya.
b.
Pembagian tugas dan kerja sama
diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari
pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan dan bentrokan.
c.
Tingkat keberhasilan anggota dan
kelompok semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota
kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin.
d.
Struktur organisasinya tidak
jelas atau kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan
dari pimpinan.
3.
Tipe Demokratis
Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin
dengan anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak
dengan saudara-saudaranya. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu
berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan
kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.
Kelebihan:
a.
Dalam melaksanalan tugasnya, ia
mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran dari kelompoknya.
b.
Ia mempunyai kepercayaan pula
pada anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan
bertanggung jawab.
c.
Ia selalu berusaha membangun
semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya
dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga
memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin
dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.
Kekurangan:
a.
Proses pengambilan keputusan akan
memakan waktu yang lebih banyak.
b.
Sulitnya pencapaian kesepakatan.
4.
Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatic. Pemimpin
yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal
sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran,
atau konsep yang ingin diterapkan di lembaga Pendidikannya, maka hal tersebut
akan dibicarakan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur
dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar
menerima ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama. Pemimpin ini
menganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin yang
otoriter dalam bentuk yang halus, samar-samar, dan yang mungkin dilaksanakan
tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.
5.
Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik yang khas yaitu
daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang
sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret
mengapa orang tertentu itu dikagumi. Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang
dianut, sikap, dan perilaku serta gaya dari si pemimpin.
3.4
Fungsi Kepemimpinan
Fungsi
kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap
pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu.
Fungsi
kepemimpinan memiliki dua dimensi seperti:
a.
Dimensi yang berkenaan dengan
tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas
pemimpin.
b.
Dimensi yang berkenaan dengan
tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin
dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi.
Secara
operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
a.
Fungsi Instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana perintah
itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
b.
Fungsi Konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha
menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang
mengharuskanya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinya yang dinilai mempunyai
berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap
berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat
dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan.
c.
Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang
yang dipimpinya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakanya.
d.
Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/
menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari
pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.
e.
Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalain bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/ efektif mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi
pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,
koordinasi, dan pengawasan.
3.5
Masalah-Masalah dalam Kepemimpinan
Adapun Masalah dalam Kepemimpinan di Organisasi Saat
Ini yang dapat kami sajikan adalah sebagai berikut.
Ketika
perusahaan terlalu fokus pada bagaimana ia bersaing dengan perusahaan lain,
kondisi dalam organisasi diperlakukan dengan cara yang tidak efektif. Manajemen
lebih tertarik pada penampilan yang baik daripada melakukan apa yang
diperlukan, hasilnya yaitu kemunduran besar bagi ekonomi dan pendidikan di
dunia. Pemimpin tim berfokus untuk memeras bakat individu demi kepentingan
organisasi Manajer, di sisi lain mengevaluasi isu-isu dan masalah. Perbedaannya
jelas sebuah tim memiliki visi dan sebuah manajemen memiliki agenda.”Koordinasi
dari bakat-bakat pengikut dan mengarahkan mereka pada tujuan-tujuan tertentu
adalah hal yang penting. Dari semua sumber daya yang tersedia untuk organisasi
– uang, bahan, peralatan, dan orang – sumber daya vital orang. Tidak seperti
sumber daya lain, manusia memiliki potensi luar biasa untuk pertumbuhan dan
pembangunan. Kenyataan ini membuat motivasi karyawan menjadi paling penting dan
menantang aspek sistem kepemimpinan.
Dalam
organisasi dewasa ini, tuntutannya adalah untuk menanggapi perubahan teknologi
dan pasar dengan menjadi organisasi belajar. Pemimpin dan karyawan menjangkau
luar batas-batas mereka dalam rangka untuk mengembangkan hubungan yang lebih
efektif, prosedur, proses, dan penglihatan. Sebagian besar masalah organisasi
saat ini adalah kurangnya kepemimpinan bukan bakat. Untungnya, orang-orang
mulai menyadari bahwa kinerja dari peran kepemimpinan sangat penting tidak
hanya untuk kesuksesan, tapi juga untuk bertahan hidup.
Organisasi
harus ingat bahwa generasi ini memiliki kewajiban etis untuk masa depan dan
kesejahteraan generasi berikutnya. Motivation Saat seseorang memotivasi dirinya
sendiri atau orang lain, orang tersebut sedang mengembangkan kondisi yang akan
membantu mendorong seseorang untuk berperilaku sesuai kehendak. Apakah itu
adalah melalui motivasi intrinsik atau ekstrinsik motivasi, sebagian besar
individu digerakkan oleh keyakinan mereka, nilai,kepentingan pribadi dan bahkan
ketakutan. Salah satu tantangan yang lebih sulit untuk seorang pemimpin adalah
untuk belajar bagaimana secara efektif memotivasi mereka yang bekerja untuk
mereka. Salah satu alasan mengapa begitu sulit adalah karena motivasi bisa sangat
pribadi. Biasanya, para pemimpin yang tidak berpengalaman percaya bahwa
faktor-faktor yang memotivasi diri mereka sendiri akan memotivasi lain. Kesalahpahaman
lain adalah bahwa para pemimpin yang tidak berpengalaman adalah bahwa
faktor-faktor yang memotivasi seorang karyawan akan juga bekerja pada orang
lain padahal satu ukuran tidak cocok untuk semua ketika berhubungan dengan
motivasi.
1.
Kurangnya Koordinasi
a)
Koordinasi
dalam Program kerja
Seringkali dalam sebuah organisasi yang sudah mapan sekali pun, atau dapat
dikatakan ketika dalam organisasi terdapat sebuah program kerja yang sangat
bagus sekali pun, jika tidak ada koordinasi maka sering kali menyebabkan
kesalahpahaman, yang tentunya dapat menyebabkan kacaunya terlaksanya sebuah
program.
Kekacauan tersebut dapat terjadi ketika antar penanggung jawab tidak
mengetahui batasan-batasan kerjanya, yang seringkali hanya dapat diperoleh
melalui koordinasi antar penanggungjawab.
b)
Koordinasi
antar Pimpinan
Parahnya lagi, koordinasi yang buruk dapat mengarah pada komunikasi yang
buruk pula. Komunikasi yang buruk antar pimpinan tersebut dalam sebuah program
dapat berakibat pada program-program selanjutnya. Maka seringkali terjadi salah
sangka dan salah paham diantaranya.
Padahal para pimpinan selain berhubungan dalam pelaksanaan program kerja
seharusnya memiliki ikatan cultural, ketika terjalin komunikasi yang baik
diantaranya.
2.
Pengkaderan
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, istilah “kader” berarti: (1) perwira atau bintara dl
ketentaraan; (2) orang yg diharapkan akan memegang peran yg penting di
pemerintahan, partai, dsb. Jika dalam hal ini kita ambil definisi kedua, maka,
istilah “pengkaderan” bisa diartikan sebagai: sebuah proses yang menghasilkan
orang yg diharapkan akan memegang peran yg penting di pemerintahan, partai,
dsb.
a)
Rekrutmen
Bagi sebagian periode organisasi, dan bagi berbagai macam organisasi
masalah pengkaderan ini dirasakan berbeda-beda, oleh karena tingkat animo
peminat organisasi yang berbeda beda misalnya. (Animo artinya hasrat dan keinginan
yg kuat untuk berbuat, melakukan, atau mengikuti sesuatu).
Namun pernyataan “kesuksesan suatu periode adalah bukan sekedar sukses
ketika masa jabatanya namun ketika dapat menghasilkan (kader-kader) periode
yang lebih sukses”.
Maka dapat dikatakan dalam sebuah organisasi adalah ketika dalam suatu
periode dapat dikatakan sebagai masa kejayaan, namun hal tersebut tidak ada
artinya ketika setelah itu organisasi tersebut terpuruk atau bahkan bubar
karena kelemahan tau bahkan tidak adanya kader penerus.
b)
Mempertahankan kader
Pengkaderan ini, terkait erat pada pengembangan organisasi. Ketika suatu
organisasi dapat merekrut kader dalam animo besar, memungkinkan jangkauan
organisasi tersebut pada komunitas yang luas, serta hal tersebut merupakan
sumber daya yang tidak bisa diremehkan.
Setelah berhasil merekrut kader dalam animo yang besar, jika tidak dapat
memberdayakan, dalam rangka mempertahankan kader-kadernya maka seringkali
kader-kader tersebut akan maengalami seleksi alam. Oleh karena itu usaha
mempertahankan kader sering kali lebih penting daripada rekrutmennya.
3.
Praktik – praktik Organisasi
1.
Rasa hormat, martabat, dan
kebebasan perorangan. Masalah ini berhubungan
dengan cara organisasi memperlakukan anggotanya. Dari sudut pandang sebagian
besar anggota oraganisasi, kepentingan organisasi didahulukan dan kepentingan
anggota dijadikan yang paling akhir.
2.
Kebijakan dan praktik personel. Masalah ini berkenaan dengan etika kepegawaian, pemberian gaji,
kenaikan pangkat, pendisiplinan, dan
masalah pensiun anggota organisasi. Kewajiban umum organisasi adalah berlaku
adil pada anggota organisasi yang prospektif disetiap jenjang karirnya.
3.6
Bagaimana Menjadi Pemimpin yang Baik
Menurut William
Glasser dalam bukunya, Choice Theory, sesungguhnya di dalam situasi
yang paling ekstrem sekalipun, seseorang tidak dapat dipaksa untuk melakukan
suatu pekerjaan. Jikalau orang tersebut mau mengerjakan pekerjaan yang
dipaksakan itu, biasanya hasil kerjanya tidak memuaskan.
Dalam bukunya
tersebut, William menyebutkan 8 ciri perilaku yang menggambarkan sifat seorang
pemimpin yang baik.
1.
Beri teladan tentang arti sukses
kepada bawahan.
Alasan umum seseorang tidak berusaha keras dalam
bekerja adalah karena mereka tidak tahu persis tujuan mereka bekerja.
Ketidakadaan tujuan dan arah sering mematahkan motivasi kerja. Oleh sebab itu,
seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa memberi contoh kesuksesan
yang bisa diraih para bawahannya.
2.
Beri bawahan Anda peralatan yang
mereka butuhkan.
Banyak orang mempersepsikan, tugas seorang pemimpin
adalah menyelesaikan masalah bawahannya. Namun, sebenarnya itu bukan tugas dari
atasan. Daripada terus-menerus turun tangan menyelesaikan masalah orang lain,
lebih baik berikan pada bawahan cara dan
rambu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
3.
Jangan sungkan untuk memuji
keberhasilan bawahan.
Tak hanya kritik, pujian dan apresiasi terhadap
hasil kerja bawahan juga dapat memotivasi produktivitas dan membangun
kepercayaan diri bawahan untuk lebih sukses lagi.
4.
Berikan ruang untuk kesalahan.
Sesungguhnya kesalahan adalah guru terbaik bagi
pembelajaran, maka berilah toleransi bagi kesalahan yang dilakukan bawahan.
Terkadang kesalahan dilakukan bawahan bukan karena ia tidak becus bekerja, tapi
karena ketidaktahuannya akan suatu hal.
5.
Delegasikan tugas tanpa banyak
turut campur.
Pemimpin yang baik adalah seorang yang mampu
mempercayakan tugas secara penuh kepada bawahannya. Biarkan bawahan mengatasi
kendala pekerjaannya sendiri. Namun, di sisi lain pastikan diri anda selalu ada
untuk membantu saat mereka membutuhkan Anda.
6.
Lebih baik bertanya daripada
memberi nasihat
Seringkali bawahan anda tahu lebih banyak daripada
yang anda pikir mereka ketahui. Tanyakan pendapat mereka tentang
masalah-masalah yang sedang mereka hadapi di kantor. Dengan demikian, Anda
membantu mereka menyimpulkan sendiri jalan keluar terbaik dari masalah
tersebut. Hindari memberi nasihat, karena akan terkesan menggurui.
7.
Bersikaplah ramah.
Aturan mainnya sungguh sederhana. Jangan berharap
orang lain bersikap ramah kepada anda
jika anda tidak ramah terhadap orang lain. Seorang pemimpin yang baik
tak perlu menjadi galak untuk bisa tegas dan efektif memanajeri bawahannya.
Dengan bersikap ramah, Anda akan selalu bisa melihat sisi positif dari setiap
karyawan Anda dan memotivasi mereka untuk bekerja lebih baik lagi.
8.
Tak kenal maka tak sayang
Kepemimpinan erat terkait dengan hubungan antar
manusia. Saat bawahan percaya bahwa anda tulus peduli dengan mereka, mereka
akan berusaha lebih baik dalam bekerja. Kenali lebih dekat bawahan anda, dengarkan
cerita dan keluh kesahnya. Pada akhirnya, kualitas kepemimpinan seseorang dapat
dilihat dari kualitas hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kepemimpinan dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk bekerja sama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
oleh pimpinan mereka. Kepemimpinan dapat juga di artikan sebagai kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Dalam kehidupan sehari–hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi,
perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga
kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya. Pemimpin berarti orang yang melaksanakan kepemimpinan tersebut.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Gaya
Kepemimpinan yang diterapkan tentu berbeda-beda seperti gaya yang otoriter, demokratis
dan lain-lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari
dalam diri seseorang.
4.2 SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut:
1.
Melalui pembahasan kepemimpinan
ini, diharapkan mahasiswa memahami arti kepemimpinan.
2.
Mahasiswa diharapkan memahami
tentang arti kepemimpinan,pemimpin dan kekuasaan.
3.
Mahasiswa diharapkan memahami dan
menerapkan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang ideal dan yang di harapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar